Setelah kita memiliki gambaran umum tentang bagimana cara mendatangkan uang secara online dengan internet.
Mari melihat potensi bisnis online di Indonesia.
Kita tidak hanya berbicara tentang jumlah pengguna internet di Indonesia yang sudah menembus ratusan juta – dan akan meningkat terus.
Ada beberapa fakta menarik yang membuat pengguna internet Indonesia atau yang sering disebut netizen ini, menjadi pasar sangat potensial :
[wuoyMember-content-protection product=2022]
1. Terbentuknya Budaya Berbelanja Online
Melakukan transaksi secara online sudah menjadi hal yang biasa bagi sebagian besar pengguna internet di Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey, mengatakan, dari catatannya jumlah volume transaksi secara online telah meningkat 1,5% di atas transaksi konvensional.
Ini juga bisa dilihat dari jumlah omset penjualan secara online yang terus meningkat.
Tahun 2012, omzet Harbolnas mencapai Rp67,5 miliar. Tahun 2013 melonjak hingga tembus Rp500 miliar, dan di tahun 2014 meningkat lebih dari dua kali lipat hingga mencapai omzet Rp1,1 triliun.
Sementara untuk tahun 2015, omzet Harbolnas mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan capaian Rp2,1 triliun, lalu di tahun 2016 makin meningkat pada angka Rp3,3 triliun.
Pada tahun 2017 omzet Harbolnas dalam 3 hari telah mencapai Rp4 triliun.
Apa pentingnya ini ?
Apabila pengguna internet yang begitu besar tidak di barengi dengan budaya melakukan transaksi online, maka pengguna internet akan menjadi pasar tidur yang masih harus di edukasi.
Dengan adanya antusiasme transaksi online dan kepercayaan melakukan pembelian secara online. Maka para pasar para pengguna internet ini menjadi aktif dan siap untuk “dipanen”.
Padahal, menurut iPrice sebuah layanan pembanding harga, di tahun 2018 rata-rata jumlah pengeluaran konsumen Indonesia saat berbelanja online dari keseluruhan segmen kategori belanja mencapai angka US$36 (sekitar Rp481 ribu).
Dari Nilai tersebut Indonesia menduduki posisi basket size terendah kedua di Asia Tenggara, kalah jauh ketimbang negara maju Singapura yang mencapai US$91 atau sekitar Rp1,3 juta.
Bila ini berkembang, potensi pembelanjaan akan lebih besar lagi.
Di tahun 2017, Dalam catatan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) – Bambang Brodjonegoro, baru ada 50 juta orang di Indonesia yang senang berbelanja online (daring).
Melihat catatan dari Google Indonesia yang merilis datanya di 2017. Tercatat, pasar online Indonesia memiliki rata- rata pertumbuhan 26 persen per tahun.
Menurut Country Industri Head Google Indonesia Hengky Prihatna per 2025 pasar online Indonesia bisa menyentuh angka 81 miliar dollar AS.
Lantas, dengan rata – rata peningkatan jumlah pembaca 21 persen tiap tahunnya, pada 2025 pula, di Indonesia ada 119 juta pembeli.
Sumber: https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/22/1 80711626/belanja-online-masih-kalah-dengan-belanja-offline-tapi.
2. Program Keuangan Inklusi Mulai Berjalan
Program Strategi Nasional Keuangan Inklusif diluncurkan pemerintah pada tanggal 18 Desember 2018.
Program keuangan inklusi secara mudah bisa di artikan sebagai program pemerintah untuk membuat masyarakat sadar akan fasilitas keuangan modern dari per bank kan yang bisa dimanfaatkan.
Menjadi nasabah, menggunakan layanan fin tech atau teknologi keuangan seperti debet dan e money.
Aturan wajib menggunakan e money untuk tol adalah salah satu kebijakan yang berhubungan dengan ini.
Apa hubungannya dengan internet marketing ?
Seperti yang kita tahu, bertransaksi secara online membuat pengguna internet harus memiliki kesadaran akan penggunaan fasilitas perbankan.
Transfer dengan atm, membayar via debet online hingga penggunaan credit card.
Semakin ter edukasi pengguna internet menggunakan transaksi via per bank kan, semakin cepat transaksi online berjalan.
Pembelian di jam 16.00 bisa selesai terbayar di jam 16.05 ini mempercepat perputaran transaksi online. Sama seperti pembelian pulsa listrik melalui applikasi. Real time, mudah dan cepat.
Targetnya, indeks keuangan inklusif pada 2019 menyentuh level 75% dari posisi 2014 yang hanya 36%.
Apabila semakin banyak masyarakat Indonesia yang memahami dan bisa melakukan transaksi secara digital atau online. Maka akan semakin mudah transaksi dilakukan.
3. Jasa Pengiriman Berkembang Pesat
Menurut Asperindo (Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia ), Saat ini jasa pengiriman tumbuh secara rata-rata industri sepanjang 2017 sekitar 14,7%. Dan Tahun 2018 naik sekitar 15%.
Jasa Pengiriman merupakan salah satu pendukung transaksi online untuk barang fisik. Pembelian baju, barang elektronik hingga sepeda motor antar kota bahkan antar provinsi di internet menjadi sangat memungkinkan di lakukan.
Bayangkan bila pembeli dari kota lain membatalkan pesanan hanya karena tidak ada kurir yang bisa mengantar barang sampai ke tempat atau betapa repotnya bila penjual sendiri yang harus mengirim barangnya.
Perkembangan jasa antar yang kompetitif melengkapi banyaknya transaksi secara online yang terjadi, bisa dikatakan ini adalah hubungan yang saling menguntungkan. Dengan banyaknya pengiriman yang dilakukan maka ongkos kirim juga menjadi lebih kecil.
Dari ketiga faktor di atas maka potensi pasar di dunia maya atau internet sangat besar, saat ini Indonesia bahkan belum berada dalam pasar online terbaiknya
Masih banyak potensi yang masih berkembang di Indonesia, seperti internet dengan kecepatan tinggi yang stabil, jangkauan internet yang meluas, harga data yang semakin murah hingga peluang kerjasama dengan dunia internasional.
Kita coba sedikit bahas teori shifting yang dikemukakan oleh prof. Rheylad Kasali bahwa saat ini pola konsumsi masyarakat mulai bergeser, salah satunya dari konvensional ke online.
Dengan biaya yang bisa lebih murah dari proses marketing konvensional, banyak produk yang di jual online lebih laris daripada produk yang di jual konvensional. Baju dan sepatu adalah contoh paling nyata.
Hasil survey dari APJII 2017 masih menunjukkan bahwa fashion masih menjadi produk teratas untuk penjualan online.
Bukan tidak memungkinkan produk lain pun akan bergeser, seperti bahan makanan kualitas premium yang di antar sampai rumah, makanan jadi (yang sekarang sudah mulai berkembang karena ada nya go food) hingga kelas online dan lainnya.
Besarnya potensi pasar online di Indonesia membuat banyak pengusaha yang jeli mulai merubah sistem kerjanya dan merambah ke dunia online dengan menggunakan teknologi.
Ini yang kita kenal sebagai perusahaan start up. Perusahaan Start up saat ini di artikan sebagai sebuah perusahaan berbasis teknologi (biasanya online) yang memberikan solusi baru dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada.
Seperti :
- Gojek yang memanfaatkan aplikasi untuk mempertemukan para pengemudi ojek dengan penumpangnya secara online.
- Buka lapak yang memanfaatkan website sebagai market place untuk menghubungkan penjual dan pembeli bertemu di internet.
- Hingga I grow yang memanfaatkan finc tech sebagai sarana untuk melakukan corwd funding atau investasi massal untuk pertanian secara online dengan menggunakan website dan aplikasi.
Semua itu bisa dilakukan dengan fasilitas dari internet dan dikemas dengan ide dan sistem yang diciptakan.
[/wuoyMember-content-protection]
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.